Tuesday, August 11, 2009

PLURALISME MARET 09

Naskah untuk BPM edisi 15 Maret 2009

MIMBAR AGAMA (KATOLIK)

Pluralisme

Beberapa bulan setelah mengumumkan rencananya untuk mengadakan Konsili Vatikan II, Sri Paus Yuhanes XXIII mengingatkan kebijaksanaan tradisional yang mengatakan: “In essensialibus unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas.” (Dalam hal-hal yang dasariah kesatuan, dalam hal-hal yang dapat diperdebatkan kebebasan, dalam segala-galanya kasih.)

Sementara umat Katolik sedang berpantang, berpuasa dan bermatiraga dalam masa Prapaskah selama 40 hari (25-2 s.d 11-4- 09), . bersama teman-teman yang tidak seagama kami menghadiri undangan ‘Damma Talk’ (talk show tentang agama Buddha) dengan tema ‘Hidup Senang Mati Tenang’ (3-3-09) di Hotel Paradise Plaza Sanur. Sebagai narasumber Ajahn Brahm, bhikkhu dari Australia. Sementara ini di Besakih saudara-saudara kita umat Hindu sedang sibuk mempersiapkan Karya Agung Panca Bali Krama. Senin yang lalu saudara-saudara kita umat Islam memperingati Hari Raya Maulut Nabi. Hidup dalam masyarakat pluralistis yang rukup dan bersahabat seperti di Bali ini, sungguh membahagiakan.

Menurut Gerald O’Collins, SJ, pluraisme adalah pandangan filosofis yang tidak mau mereduksikan segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman. Pluralisme dapat menyangkut bidang kulltural, politik dan religius. Konsili Vatikan II mengakui keanekaragaman yang benar dalam tradisi dan ibadah Kristiani (cf. SC 37 dan UR 14-17) dan menanggalkan uniformitas kaku.)

Ketika Hari Raya Imlek, di Katedral Denpasar dipersembahkan Misa Imlek dan seusai misa di halaman gereja dipentaskan tari barongsai. Dalam rangkaian upacara pentahbisan uskup Denpasar, pada hari pertama dimeriahkan dengan prosesi tari Bejawa, dan pada puncaknya, yaitu Misa Pontifikal, dengan Tari Bali; dan lagu-lagu liturgis dalam misa tersebut dalam bahasa Bali dengan iringan gamelan Bali. .

NKRI adalah satu dari negara-negara di dunia yang pada umumnya juga pluralistis. Karena terdiri dari banyak pulau, yang menonjol adalah banyaknya ras, suku, agama, bahasa, dan budayanya. Kemajemukan ini sudah disadari oleh para pemimpin sejak zaman Majapahit sebagai unsur kekuatan, sehingga lahirlah sesanti Bhinneka Tunggal Ika. .

Demikian pula para founding fathers NKRI telah sepakat mengukuhkan sesanti Bhinneka Tunggal Ika dan mencantumkannya dalam lambang negara. Dengan semangat sumpah Pemuda, yaitu “Satu Bangsa, Bangsa Indonesia, Satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia. dan Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia, mereka berhasil menyatukan kebhinnekaan dan menggalangnya menjadi kekuatan sosial politik untuk mengusir penjajah dari bumi Pertiwi dan berhasil memproklamirkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, serta sebagai kekuatan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman tenteram dan sentosa, sebagaimana masyarakat yang dicita-citakannya.. Dalam perjalanan waktu, masing-masing kebudayaan (daerah) dalam Taman Bhinneka Tunggal Ika itu semuanya terus bertumbuh dan berkembang. Sebagai anak bangsa, kita semua dipanggil dan diutus untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan tersebut secara kreatif dan dengan penuh kasih.. .

Sebagai warga Negara RI, umat Katolik sangat menyadari panggilan dan perutusannya untuk ikut menyejahterakan bangsa dan Tanah Airnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya membangun kerjasama antaretnis, antarsuku, antargolongan, antarumat beragama dalam semangat saling melayani.

Uskup Denpasar, Mgr. DR.Silvestar San, Pr dalam homili Misa Pontifikal pertama menegaskan bahwa panggilan Allah selalu disusul dengan perutusan. Dikatakan dalam Injil, Yesus memanggil keduabelas rasul dan mengutus mereka untuk mewartakan Kerajaan Allah atau Kabar Gembira Keselamatan bagi Dunia. Seperti Bapa telah mengutus-Nya, Kristus juga mengutus murid-murid-Nya. Ia membutuhkan satuan kerjasama para murid untuk menyelamatkan dunia. Menarik bahwa kedua belas rasul itu bukan orang-orang yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang sederhana tidak punya pendidikan khusus. Menarik pula bahwa kedua belas murid ini bersama-sama dipanggil untuk membentuk satu kelompok campuran, kelompok majemuk, baik dari segi profesi dan latar berlakang sosial, maupun dari segi watak dan perangai. Ada nelayan seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes, Ada petani, seperti Tadeus, dan Yakobus, ada ekonom, seperti Yudas Iskariot, Ada politikus seperti Simon dari Zelot. Dalam segi watak kita temukan Petrus yang spontan, Yakobus dan Yohanes yang ambisius, Thomas yang memang kurang percaya, Yudas yang menjadi pengkhianat, dan Filipus yang luas bergaul. Kita tahu biarpun kelompok kedua belas rasul ini adalah kelompok majemuk, mereka telah membuktikan bahwa mereka berhasil dalam tugasnya.karena mereka bekerja dalam satu semangat yaitu semangat melayani, baik fisik, psikhis maupun spiritual. (Mbah Harto TO.Carm)

MIMBAR AGAMA (KATOLIK)

Bersyukur dan Berterima kasih

Bersikap tidak tahu berterima kasih, sama seperti melupakan semua rahmat, kebaikan dan berkat yang sudah diterima. Bila demikian halnya, maka di sinilah berawal dan bersumber segala dosa serta kemalangan. Sebaliknya, sikap tahu berterima kasih dan bersyukur atas berkat-berkat dan karunia yang telah diterima itu, dijunjung tinggi, bahkan dicintai tidak hanya di dunia, tetapi juga di surga. (Surat Ignatius dari Loyola kepada Simon Rodriguez, 18 Maret 1542, dalam “Letters of St. Ignatius of Loyola”, oleh William J. Young,SJ)

Setiap menjelang tahun liturgi, warga Amerika Serikat merayakan Thanksgiving Day (Hari Bersyukur). Thanksgiving Day ditetapkan sebagai hari libur nasional dan mempunyai tempat khusus di dalam hati setiap warga negeri Paman Sam itu. Pesta ini dirayakan dalam suasana hangat dan penuh keyakinan. Tanksgiving Day merupakan perayaan indah yang berakar dalam tradisi Yudeo-Kristiani.

Hari ini adalah Hari Minggu Paskah Ketiga. Artinya kita sedang merayakan Paskah tahun 2009 pada hari ke-15. Perayaan Paskah dirayakan selama 49 hari. Pada hari ke-50 kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Bagi kita, merayakan Misa atau merayakan Sakramen Ekaristi atau merayakan Perayaan Ekaristi, pada hakikatnya adalah menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan. Kata Yunani eucharistia artinya syukur. Gereja mengatur dalam Lima Perintah Gereja agar umat merayakan Ekaristi setiap Hari Minggu dan pada hari-hari raya yang diwajibkan. Namun demikian, Gereja juga menganjurkan umat agar menyempatkan diri untuk merayakan Ekaristi setiap hari, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal tidak jauh dari gereja dan ada imam yang melayani. Mereka yang bertempat tinggal di pelosok terpencil dan jauh dari gereja, dikatakan dalam Lima Perintah Gereja: Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.

Rasa syukur menciptakan suatu sikap positif terhadap hidup, dan membuka peluang penuh gembira bagi kita untuk menemukan Allah dalam segala hal. Siapa pun tentu suka bersama orang tahu bersyukur dan berterima kasih karena mereka itu adalah orang yang membuat hidup mereka sendiri maupun hidup orang lain bahagia dan lebih bermakna. Mereka adalah orang yang tidak pernah kehilangan semangat di tengah situasi yang sulit, namun hati mereka tetap bersiap-siaga melawan kekuatan-kekuatan gelap yang melumpukan. (cf. Examination of Conference, Review Religion, yang didaptasi dalam “Biarlah Kemuliaan Allah Terpancar”)

Dalam Misa Syukur yang dilangsungkan di rumah seorang dokter yang menjabat sebagai Pemimpin Umum majalah rohani Nuntia Katedral”, Romo Kristianus Ratu, SVD, Pastor Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, dalam homilinya mengingatkan akan kisah sepuluh orang yang sakit kusta yang disembuhkan oleh Yesus (bacalah Luk 17:11-19). Dari kesepuluh orang itu hanya satu orang yang datang kembali kepada Yesus untuk berterima kasih. Artinya apa? Artinya hanya sedikit orang yang tahu berterima kasih dan bersyukur untuk memuliakan Tuhan.

Apa komentar pembaca membaca doa syukur Yesus berikut ini? “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada anak kecil. Ya Bapa, Aku bersyukur kepada-Mu sebab itulah yang berkenan kepada-Mu.” (Luk 10:21). Kadang-kadang kita heran atau tidak mengerti, bagaimana mungkin sesuatu dapat terjadi, kesedihan atau penyakit dapat menimpa kita; atau suatu keberuntungan mendatangi kita. Nasihat orang bijak, apa pun yang kita terima, kalau itu dari kehendak Tuhan, kita harus bersyukur.

Penggalan surat St. Ignatius yang kami kutip untuk mengawali tulisan ini adalah senada dengan surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:18)

Sudah cukupkan kita hanya “mengucapkan” syukur? Kita dapat belajar dari Yesus. Ia berusaha menanggapi karunia Bapa-Nya. Ia menghayati sepenuhnya hidup dan anugerah Allah Bapa kepada-Nya dengan melaksanakan kehendak Bapa-Nya di surga. “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh 4:34). Bagi Yesus, rasa syukur itu benar-benar membentuk kehidupan-Nya.

Apa yang akan Anda wujudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan ungkapan rasa terima kasih kepada bumi Bali ini? (Mbah Harto T.O.Carm))

.


.